https://pngtree.com/so/ki-hajar-dewantara
Sumber :
Kesimpulan dan Refleksi Pribadi Modul PGP
1.1. Refleksi Filosofi KHD
Dasar-Dasar
Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937
Oleh : SRI YANTI
Dasar Dasar Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara
1. 1. Arti dan maksud Pendidikan
2. 2. Hanya tuntunan dalam Hidup
3. 3. Perlukah tuntunan Pendidikan
itu?
4. 4. Dasar jiwa anak dan kekuasaan
Pendidikan
5. 5. Tabiat yang dapat dan yang tidak
dapat diubah
6. 6. Perlunya menguasai diri dalam
Pendidikan budi pekerti
7. 7. Jenis-Jenis Budi Pekerti
8. 8. Naluri Pendidikan
9. 9. Syarat-Syarat Pengetahuan
10 10. Peralatan
Pendidikan
11 11. Hubungan dengan Umur
Kata pengajaran dan Pendidikan mempunyai makna yang berbeda yang jika digabungkan kedua kata itu dapat mengeruhkan pengertian aslinya. Maksud Pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Anak mempunyai dasar jiwa yaitu keadaan jiwa yang asli menurut kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan diluar diri. Dengan kata lain keadaan jiwa yang dibawa oleh anak ketika lahir ke dunia.
Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup.
Menurut Ki Hajar Dewantara para pendidik harus terbuka dan mengikuti perkembangan zaman, namun tidak semua perkembangan itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Daerah tempat tinggal kita juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai pendidik kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai pendidik. Pendidik harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.
Yang terpenting yang harus dilakukan seorang Pendidik adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak.
Refleksi
Dulu dalam melaksanakan pembelajaran dikelas saya sering berfikir bahwa apa yang saya terapkan selama ini sudah sangat baik untuk membentuk karakter peserta didik yaitu dengan pembelajaran yang penuh dengan disiplin dan harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan pernah juga memberikan saksi kepada peserta didik jika mereka melakukan kesalahan atau melanggar tata tertib sekolah.
Walau saya tahu bahwa tidak semua kemampuan peserta didik itu sama, namun saya memberikan standart yang sama untuk semua peserta didik dalam mencapai ketuntasan minimum dengan perlakuan yang sama. Di sini Nampak kalua saya sebagai seorang pendidik tidak mempertimbangkan kemampuan dan bakat murid. Dulunya saya yakin bahwa dengan tindakan yang tegas dan memberikan sanksi pada murid, maka murid bias merubah perilakunya menjadi lebih baik.Namun perubahan yang terjadi karena didasari rasa takut itu hanya bersifat sementara , karena bukan atas dasar kesadaran pribadi murid.
Namun setelah mempelajari pemikiran Ki hajar dewantara, saya dapat memahami bahwa seorang pendidik harus menuntun muridnya dengan lebih sabra dan iklas, supaya mereka bias tumbuh sesuai dengan kodrat alamnya. Untuk dapat menuntun murid dengan baik sesuai dengan kodratnya maka saya sebagai pendidik harus melayani mereka dengan sepenuh hati, memberi teladan ( ing ngarso sung tulodho), membangun semangat ( ing madyo mangun karso ), dan memberikan dorongan ( tut wuri handayani ), bagi tumbuh kembangnya anak.
Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Perubahan diri yang akan saya praktekan disekolah dan dikelas saya dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak akan memberikan sanksi dan hukuman kepada murid jika tidak diperlukan, akan lebih sabra dalam membimbing, menggali lebih dalam karakter dan latar belakang murid dalam hal ini adalah keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, dan berupaya memberikan pembelajaran yang menyenangkan pada murid melalui metode dan pemilihan media pembelajaran yang bervariasi.
Proses Pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, secara konkrit sesuai dengan konteks local social budaya dikelas dan sekolah saya. Pertama sekali harus diingat bahwa Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak diluar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri.
Jadi karena kita pendidik hanya bias menuntun murid, biarkan murid tumbuh menurut kodratnya,dilingkungan sekolah saya muridnya mayoritas beragama islam dan suku minang kabau, maka kami dapat menerapkan pepatah adatbasandi syarak syarak basandi kitabullah dalam membentuk budi pekerti anak. Kemudian meminta bantuan ninik mamak sebagai control didalam masyarakat, karena diminang kabau terkenal dengan istilah ‘anak dipangku kamanakan dibimbing’ jadi sebagai pendidik kita harus menggali dan mendukung potensi murid dan menyediakan fasilitas supaya dia bias tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya.
terima kasih bu admin, baru belajar moga kedepannya bisa lebih baik lagi
BalasHapus